INDONESIA MENJADI TARGET PARA HACKER?


INDONESIA MENJADI TARGET PARA HACKER?

Hasil gambar untuk cyber crime

Kasus cyber crime di Indonesia semakin berkembang sejalan dengan perkembangan internet dan teknologi yang ada. Selain karena sistem keamanan yang lemah, kasus cyber crime di Indonesia juga dapat terjadi karena kelalaian yang dilakukan oleh penggunanya sendiri.
Salah satu kemungkinan yang menyebabkan Indonesia rawan terkena serangan cyber adalah karena penggunaan software bajakan serta ketidaktahuan pengguna terhadap bahaya cyber crime. Saat ini sudah banyak perusahaan di Indonesia yang sudah menerapkan digitalisasi, namun sayangnya tidak diimbangi dengan peningkatan sistem keamanan yang baik. Berikut beberapa kasus cyber crime di Indonesia:

Terlibat Kejahatan Siber, Ratusan Warga China Dipulangkan ke Negaranya

Terlibat Kejahatan Siber, Ratusan Warga China Dipulangkan ke Negaranya
Ratusan warga negara China komplotan kejahatan siber dipulangkan ke negara asalnya.
JAKARTA - Polisi memulangkan 148 WNA asal China dan Taiwan yang terlibat sindikat kejahatan siber penipuan pejabat ke negaranya masing-masing. Mereka akan dipulangkan melalui Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang.

Sebelum dipulangkan, seluruh WNA yang diamankan dikumpulkan di Polda Metro Jaya untuk diberangkatkan melalui Bandara Soetta. Sebanyak 148 WNA itu tampak mengenakan 3 warna kaos sebagai pembeda lokasi penangkapan.

Sindikat yang dibekuk di Jakarta ada sebanyak 29 orang memakai kaos warna oranye. Sedang tangkapan di Bali 32 orang dengan kaos merah muda dan Surabaya 92 orang dengan mengenakan kaos biru.
Selain menggunakan kaos, mereka juga diminta mengenakan pita yang diikat di lengan kiri sebagai penanda lainnya. Di antara mereka, ada yang hanya berperan sebagai penerjemah dan sopir.

Nantinya status hukumnya akan diserahkan ke pihak kepolisian negara setempat. Nantinya, kepolisian Polda Metro Jaya akan melakukan penyerahan di Bandara Soekarno Hatta bersama dengan pihak Kepolisian China.

Sebelumnya, petugas gabungan Polri menangkap 29 Warga Negara Tiongkok yang diduga sindikat kejahatan siber internasional di Jalan Sekolah Duta Pondok Indah Kebayoran Lama, Jakarta Selatan beberapa waktu lalu. Polisi gabungan juga menggerebek rumah sindikat kejahatan siber di Perumahan Puri Bendesa, Benoa Kuta Selatan, Kabupaten Badung, dan Bali.

Di Bali, polisi menangkap 32 orang terdiri dari warga Tiongkok dan Taiwan. Penangkapan juga dilakukan di Surabaya yang meliputi tiga lokasi kejahatan yakni Jalan Mutiara Graha Family Blok N-1 Bukit Darmo Golf Surabaya, Jalan Graha Family Timur 1 Blok E-68 Bukit Darmo Golf dan Jalan Graha Family Timur 1 Blok E-58 Bukit Darmo Golf.

Jumlah total warga asing yang diamankan di Surabaya mencapai 92 orang, terdiri dari 81 warga Tiongkok dan 12 warga Taiwan. Polisi memastikan, pelaku kejahatan siber yang diamankan di Jakarta merupakan satu jaringan dengan pelaku yang digerebek di Surabaya dan Bali. Jaringan ini diduga melakukan penipuan, utamanya terhadap warga Tiongkok.
Minim Regulasi, Indonesia Mudah Jadi Target Sindikat Siber
Minim Regulasi, Indonesia Mudah Jadi Target Sindikat Siber
Sejumlah WNA pelaku kejahatan siber yang diringkus Mabes Polri.Foto/Istimewa
JAKARTA - Indonesia masih menjadi pasar potensial bagi pelaku kejahatan siber. Kepala Bareskrim Polri Komjen Pol Ari Dono Sukmanto mengungkap kan, para sindikat tersebut melihat adanya celah untuk beraksi di negara tertentu karena regulasinya minim dan tidak ketatnya pengawasan terkait kejahatan lintas negara.

“Mereka para sindikat ini memanfaatkan negara yang regulasinya minim. Kejahatan ini bahkan kerap dianggap remeh, tapi itu sebenarnya sangat serius. Buktinya, sindikat itu mau mengeluarkan modal untuk melakukan kejahatannya dengan pindah lokasi di negara lain. Tentunya agar tak langsung terdeteksi,” kata Ari melalui keterangan tertulisnya di Jakarta kemarin.

Sebelumnya, tim gabungan Polri bersama Kepolisian China melakukan penangkapan 151 warga negara China, Taiwan, dan WNI terkait kejahatan siber. Perinciannya dari 151 orang yang ditangkap, 125 warga negara China, 22 Taiwan, dan empat WNI. Mereka ditangkap pada Sabtu, 29 Juli 2017 lalu di tiga kota yang berbeda, yakni Jakarta, Surabaya, dan Bali secara bersamaan.
Saat ini para pelaku tersebut ditahan di Polda Metro Jaya. Kabareskrim menegaskan, kejahatan lintas negara tidak boleh dipandang sebelah mata karena tindak pidana tersebut tak lagi mengenal batas negara. Ari menekankan pentingnya teknologi informatika untuk mencegah tindak kejahatan siber tidak terjadi lagi.

“Tak hanya di Indonesia, negara lain perlu mengantisipasi hal tersebut agar warga negaranya tidak menjadi korban,” paparnya. Selain itu, otoritas yang berkenaan dengan kepemilikan data di Indonesia harus kembali mengetatkan regulasi penyimpanan data milik mereka.
“Provider telepon, misalnya, yang secara regulasi mewajibkan pemilik simcard telepon genggam untuk mengisi identitas. Atau juga bank hingga leasing yang pastinya selalu bersentuhan dengan data nasabah,” kata Ari. Ari menilai masyarakat Indonesia sudah memiliki kesadaran adanya modus penipuan dan pemerasan seperti yang dilakukan WN China itu.

“Bahkan kalau menelusuri di dunia maya, saat ini justru masyarakat Indonesia sudah mampu melawan sindikat ini. Beberapa juga malah melawan balik para pelakunya,” tegas Ari.

Kriminolog Universitas Indonesia yang juga anggota Ombudsman, Adrianus Meliala, menilai ada dua alasan mengapa Indonesia masih menjadi pasar potensial bagi pelaku siber internasional untuk beraksi. Pertama, peluang untuk tertangkap di Indonesia bagi pelaku kejahatan siber internasional masih rendah.

“Sistem siber kita masih mudah ditembus hacker, lalu mereka bisa dengan mudah untuk melarikan diri karena kemampuan kepolisian kita masih terbatas,” jelas Adrianus.

Alasan kedua, Indonesia dianggap pasar potensial jika dilihat dari jumlah pengguna internet dan besaran jumlah pasar secara ekonomi. “Jadi ini menurut pelaku adalah bisnis besar. Misalnya untuk pemegang kartu kredit, maka enggak susah itu mencarinya lalu diperas dengan jumlah besar. Atau pengguna akun medsos seperti Facebook diperas dan menghasilkan keuntungan besar,” kata Adrianus.

Komisioner Komisi Kepolisian Nasional Poengky Indarty pun mengapresiasi kinerja Polri dalam meng ungkap jaringan kejahatan siber internasional. “Pengungkapan ini kerja sama Polri dengan Kepolisian China. Kerja sama ini baiknya terus dilakukan dengan kepolisian negara lainnya. Kejahatan siber berkaitan erat dengan ke majuan teknologi dan komunikasi yang sifatnya global, jadi tidak bisa diatasi sendiri,” kata Poengky.

Tanggapan :
Indonesia menjadi salah satu tujuan para hacker, karena akses untuk melakukan kejahatan cybercrime sangat mudah dan cara meloloskan diri dari keamanan di Indonesia pun sanangat mudah. Cyber crime dapat terjadi karena mash lemahnya sistem pengamanan terhadap jaringan kita. Akses yang tidak terbatas juga membuat para pelaku cyber crime dengan mudah melakukan aksinya. Masyarakat dan penegak hukum saat ini masih memberi perhatian sangat besar terhadap kejahatan konvensional. Pada kenyataanya pelaku cyber crime masih terus melakukan aksi kejahatannya..
Saran:
jadi untuk lebih berhati-hati dalam pengunaan internet dan lebih waspada dalam bergaul didunia maya. Meningkatkan kesadaran warga negara mengenai masalah cybercrime serta pentingnya mencegah kejahatan tersebut terjadi. Meningkatkan sistem pengamanan jaringan komputer nasional sesuai standar internasional. Lebih berhati hati dengan identitas di internet karena tidak ada keharusan untuk menampilkan data pribadi seperti foto foto ataupun alamat rumah ke dalam jejaring sosial. Dan jangan lupa juga memberikan password untuk keamanan akun agar tidak terjadi pembajakan akun.


Sumber:


Komentar

Postingan populer dari blog ini

BAHASA PEMROGRAMAN C

Manfaat Kulit Manggis Untuk Kesehatan dan Kecantikan

TARI THENGUL, TARI DAERAH DARI BOJONEGORO